Nama : jomblo Hobi : mojok dikamar sambil pandang-pandangan dengan layar hape disaat orang lain pada janjian satnite-an
Pacaran :
exit twitter dandan, LDR : exit twitter, ke salon ketemuan, Jomblo : exit
twitter, benerin genteng, sign in lagi
Pacaran :
on the way LDR : on line Jomblo : mati segan hidup ogah
Dan masih
banyak lagi tweet berirama senada dengan tweet diatas. Jujur ya, aku sih
males following akun yang seperti itu, nggak ada gunanya sama sekail, tapi apa
mau dikata apabila sekian dari akun yang ada dalam daftar followingku sering
me-retweet tweet tak berguna seperti ini, yasudah otomatis secara tidak
langsung akupun membacanya. Ahahaha, ini namanya diskriminasi jomblo,
benarkah seperti itu kenyataannya? Apakah yang pacaran itu lebih bahagia
dari yang jomblo seperti penggambaran diatas? Aku jomblo tuh, tapi kok biasa
aja ya? Jarang galau malah, paling kemarin itu galaunya gara gara nggak bisa
ngerjain soal fisika dan matematika *lol. Benarkah sengenes itu? Okey, aku
akan mengupas masalah ini sebisaku.
Di era
globalisasi ini, sepertinya budaya pacaran memang terlihat seperti hal yang
wajib. Kebanyakan sih ya, dulu sih alasannya penjajakan sebelum pernikahan.
Tapi masa iya anak SMP melakukannya untuk alasan itu? Mau nikah beneran tu?
Ahh, kok sepertinya tidak ya. Lalu apa tujuannya? Aku suka sama dia yaudah aku
tembak aja, temenku pada punya pacar, masa aku enggak, biar bisa dipamerin
ketemanku kalo aku punya pacar cantik, iseng aja pengen nyoba pacaran, aku
nggak mau dibilang nggak laku ( emang dagangan apa nggak laku) dan alasan tidak
masuk akal lainnya yang tidak bisa aku sebutin satu persatu. Lalu tujuan
sebenarnya apa? Main main tok gitoh? Sepertinya media memang berperan penting
dalam menciptakan generasi pemuda yang seperti ini, bagaimana tidak tayangan
dalam tivi setiap hari itu temanya nggak jauh jauh dari cinta melulu, makanya
deh, yang ada di mindset remaja jaman sekarang itu pacaran itu seperti sebuah
keharusan, dan yang nggak pacaran ketinggalan jaman! Satnite menjadi sebuah
kewajiban, yang enggak ngadain ritual satnite-an ngerasa terkucilkan. Bujuk
rayu ditebarkan, dzikir dilupakan, namanya selalu disebut, I love you forever
sayang, gitu katanya, sedangkan asma Allah tiada terucapkan. Wah, kalau
generasi muda muslimin seperti ini, sepertinya kaum yahudi dan antek anteknya
senang sekali, karena inilah misi mereka, menjajah secara diam diam dan
ternyata manjur juga,
Siapa sih
penerus masa depan? Tentu saja pemuda dan remaja hari ini, tidak mungkin
generasi yang saat ini memimpin akan memimpin selamanya, bumi ini berputar bro.
Lalu apa yang diharapkan dari generasi muda yang disibukkan hal hal seperti
ini? Belajar segan, ibadah ogah ogahan, pacaran terus terusan. Memang sih,
tidak semua aktivitas acaran akan berakhir dalam perzinaan, tapi setiap
perzinaan bermula dari sana. Lagipula mendekati zina saja sepertinya tidak
boleh.
Ahh,
penulis nih sok suci! Masak sih gak pernah fall in love? Atau jangan jangan
penyuka sesama jenis. Nah lo! Enggak! Apalagi yang terakhir itu, na'udzubillah
banget deh. Aku juga wanita normal, makhluk yang lemah dengan segala segala
bujuk kata. Rasa tertarik terhadap lawan jenis pastilah ada, itu fitrah broo,
tapi tentu saja ketika rasa itu muncul aku tidak membiarkannya berkembang,
mengapa? TENTU SAJA KARENA AKU TAHU AKU BELUM SIAP MENIKAH, AKU MAU KULIAH DULU
WOY! Jadinya ya, sepinter pinternya memenej perasaanlah ya ditahanlah. Ada yang
bilang nih, kalau suka sama orang katakan sebelum dia diambil orang. Yah, tentu
aku ingin mengutarakan perasaanku, aku juga ingin tahu apakah dia merasakan hal
yang sama denganku, tapi siapkah aku dikhitbah? Lagi lagi jawabannya tidak!
Jadi, aku hanya bisa menahan perasaanku, lagipula kalau memang dia jodohku
nggak akan diambil orang tu, orang namanya jodoh tuh ya udah ketulis dari sono,
kalau orang yang aku suka itu diambil orang, ya berarti bukan jodohku, simpel
kan?
Daripada
yang pacarannya sama siapa nikahnya sama siapa, itukan lebih sakit hati. Lagian
in fact, yang galau itu yang pacaran deh, kalau yang single nih ya nggak pernah
tuh pusing akan hal yang belum pasti. Percaya yang pasti aja lah, jodoh udah
diatur, nanti kalau udah waktunya juga akan dipertemukan, kalau sekarang masih
single ya berarti memang belum saatnya. Lagipula makna cinta sering disalah
kaprahi dengan yang namanya nafsu, nafsu ingin memiliki, nafsu ingin bersama.
"uhibbuki fillah" gitu katanya, tapi mana mungkin cinta itu melanggar
aturan dari sang Pemilik cinta? Aturan dari Sang Pemilik Cinta itu kan jangan
mendekati zina, yasudah ikuti saja kalau memang mencintai karena Allah. Masak
iya tega menjerumuskan orang yang disayang kedalam lembah kenistaan? Kalau
sudah halal kan enak tuh, beda lagi ceritanya, segala perbuatan yang bermesra
mesraan itu malah menjadi barokah dan ibadah lo kalau niatnya lillah, jika
dilakukan sebelum halal ya berarti kebalikannya.
Ya
intinya gitu deh, inspirasi malam ini. Ini kan satnite, jadi banyak tweet
begituan yang membuat aku terdiskriminasi sebagai jomblo. Terserah ada yang
bilang aku sok suci atau apalah, tapi ini aturan agamaku, dosaku sudah banyak,
dan aku tidak ingin menambah noda hitam dicatatan amalku. Hidup ini cuma
persiapan buat diakhirat nanti, apalah artinya bahagia sesaat jika itu membawa
sengsara di akhirat. Ushikum wa iyyaya nafsi. Wallahu a'lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar