My Follower

Rabu, 27 Juni 2012

Buat apa sih Kuliah? | #jangankuliah

Artikel dibawah ini ditulis oleh @udayusuf, karena aku ngerasa cocok banget sama artikel in dan pas banget sama keadaan aku dan sebagian temanku saat ini, maka aku share diblog ini. Sebenarnya kuliah itu buat apa sih? Buat nggaya doang? Nyari ijazah buat nyari kerja? Nggak cuma itu, arti kuliah itu lebih dari itu! Silahkan dibaca ya, smoga bermanfaat!

Selamat kamu sudah jadi mahasiswa, lalu kenapa?
Memang apa sih kerennya jadi mahasiswa? Kamu pikir kamu keren kalau jadi mahasiswa? Dengan jas almamater yang heroik kamu jadi bisa kembali ke sekolah kamu dan berkata, “saya sekarang mahasiswa UNAIR loh” atau “ini nih lihat jaket kuning UI gw”.
Okey, itu memang salah satu bagian menyenangkan yang bisa dibanggakan, tapi kalo udah bangga, kamu mau apa? Apa yang kamu dapatkan dari kebanggaan tersebut?
‘seneng aja’
‘kepuasaan batin’
‘yah keren aja sih’
Ada lagi kah ?
Kamu udah yakin dengan pilihan jurusan dan kampus kamu? Sudah sesuai dengan panggilan jiwa belum? Atau kamui masih bohong sama diri kamu?
‘iya saya sudah yakin kok sama pilihan saya’
‘ah masa sih?, yakin? Itu kok muka masih belum pede tampaknya’
‘ya dibuat yakin dong, kan sudah keterima’
‘bener nih gak nyesel?’
‘emang ada pilihan lain kah?’
Kamu sudah jadi mahasiswa nih sekarang, lalu kamu mau jadikan titel kamu nanti untuk apa? Mau dijadikan apa titel yang kamu raih?
Sobat, kata rektor saya dulu, biaya standar untuk seorang sarjana teknik adalah Rp.28.000.000 setiap semesternya. Jumlah yang yang gak kecil loh, coba saya tanya berapa biaya kuliah? Dulu saya di Itb 1.850.000 per semesternya. Kabarnya sekarang sudah mencapai hingga 5 juta rupiah per semesternya. Okelah kita pakai standar sekarang saja, dan dengan asumsi biaya sarjananya tetap.
Dengan asumsi ini saja saya bisa mengatakan kalau dalam satu semester, minimal kita sudah memiliki hutang 23 juta per semesternya. Hutang? Pasti banyak yang bertanya, itu hutang ke siapa? Hutangnya ke Rakyat Indonesia kawan. Mereka yang bayar pajak itu telah mensubsidi kuliah kamu, khususnya buat kamu yang kuliah di kampus negeri.
Pendidikan yang berkualitas itu hakekatnya memang mahal, pertanyaannya siapa yang akan menanggung biaya pendidikan tersebut? Dalam kasus Indonesia, rakyatlah yang juga dibebankan untuk membiayai kuliah kita.
Saat pertama kali masuk ITB beberapa tahun yang lalu, seorang alumni yang sangat senior berbicara dalam sebuah sesi seminar.
“untuk masuk ITB, perbandingan tingkat kompetisinya adalah 1 banding 20. Artinya ketika kamu bahagia karena telah masuk ITB, ada 19 anak muda Indonesia lain yang menangis kecewa karena gagal diterima di ITB.
Kamu kuliah di subsidi oleh rakyat, maka untuk membalas budi pengorbanan uang yang telah rakyat berikan, kamu minimal harus bisa kasih makan ke 76 orang lainnya. Darimana angka 76 tersebut?
Kita asumsikan 19 orang tersebut menikah dan memiliki dua anak saja, maka itu berarti 19 dikali 4 yaitu 76 orang”
Kata-kata tersebut selalu terngiang di benak saya hingga saat ini, saya selalu berpikir dan mencari jalan bagaimana bisa membuka kesempatan menambah penghasilan bagi 76 orang. Tentu bukan hanya dengan membuka lapangan kerja dengan menjadi entrepreneur, banyak cara untuk bisa berbagi seperti dengan aktivitas sosial.
Bagaimanapun caranya, itulah yang perlu kita sama-sama pikirkan. Bahwa kamu jadi mahasiswa itu tidak mudah dan tidak bisa asal-asalan. Kamu perlu tanya ke diri kamu, “saya mau berkontribusi apa selama jadi mahasiswa dan setelah lulus untuk negeri ini?
Karena kuliah kamu bukan hanya menyangkut diri kamu, tetapi juga ratusan juta rakyat Indonesia di masa kini dan masa depan. Mahasiswa seringkali disebut sebagai unsur perbaikan negara, ya benar adanya kalimat tersebut. Karena ditangan mahasiswa yang nantinya akan masuk ke dunia nyata lah negeri ini bergantung harapan.
Kamu kuliah, kamu termasuk dalam 18% rakyat Indonesia usia 18-23 tahun yang beruntung bisa menikmati bangku di perguruan tinggi. Jumlahnya tidak sampai 4.5 juta saja mahasiswa itu. Maka renungkanlah nasih 78%  rakyat Indonesia lainnya yang
Karena kamu itu mahasiswa, ada kata MAHA di depan siswa. Maha itu identik dengan tidak terbatas dan tidak pernah habis. Perlu di ingat, bahwa penggunaan kata MAHA itu identik dengan sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan (e.g Maha Pengasih,dan Maha Penyayang). Menariknya bahasa Inggris nya dari Mahasiswa adalah student, atau terkadang ditambahkan College Student. Bahasa arabnya mahasiswa adalah thulabiy, sama dengan siswa. Mereka tidak menggunakan terminologi Great Student atau AkbaruThulabiy sebagai kata ganti mahasiswa.
Hanya di Indonesia yang menggunakan pola kata seperti ini. Kenapa? Karena ada sebuah harapan khusus bagi mahasiswa Indonesia untuk bisa memiliki karakter seorang MahaSiswa, seorang yang tidak pernah terbatas hasratnya untuk bisa menuntut ilmu.
Dalam sebuah lirik lagu perjuangan kampus yang berjudul “Kampusku”, sang pengubah lagu menuliskan seperti ini;
Berjuta Rakyat Menanti Tanganmu
Mereka Lapar dan Bau Keringat
Kusampaikan Salam Salam Perjuangan
Kami Semua Cinta Indonesia
Tapi kamu juga jangan terlalu Geer dulu dengan segala sanjungan untuk mahasiswa, itu gak sekeren itu kok, kadang malah cuma klise belaka. Saya malah berpikir terlalu banyak pujian untuk seorang yang menyandang label mahasiswa. Padahal jadi mahasiswa gak sekeren itu kok, apa sih mahasiswa? Belajar males, kajian kebangsaan cuek, demo di jalan gak mau, kegiatan pengembangan masyarakat juga gak peduli, bahkan fokus pada kompetensinya saja juga enggan.
Apa sih mahasiswa itu? Cuma mampu mejeng dengan tampang keren, sok bawa mobil ke kampus padahal uang orang tua. Bergaya sana sini, ganti pacar tiap bulan, gak nyimak dosen di kelas, ke kampus dandannya udah seperti mau ke resepsi pernikahan.
Ngapain sih tuh mahasiswa? Selama empat tahun di kampus akhirnya gak aplikasi ilmunya, berpikir gimana ngasih makan dirinya saja, lupa kalau dia di bayarin rakyat saat kuliah, jadi manusia hedon yang lupa kalau masih banyak rakyat yang lapar dan bau keringat.
Ah mahasiswa, apa pentingnya? Cuma bisa kritik keadaan negeri tanpa mau berpikir apa yang bisa ia lakukan untuk negerinya. Hanya ribut diantara mahasiswa, bakar ban dan akhirnya rakyat lagi yang kembali menderita.
HEI KAMU YANG MENGAKU MAHASISWA !
Coba sekarang saya tanya buat kamu yang mau lulus kuliah, buat apa sih kamu kuliah? Abis kuliah mau kemana?
‘ikutin aja kemana angin membawa’
‘yah kita lihat nantilah gimana abis wisuda’
‘mau kerja dulu deh, sambil mikir mau ngapain setelahnya’
Umm. Okey, tidak ada yang salah dengan kalimat-kalimat tersebut. Tetapi kalimat-kalimat ini menandakan masih banyak diantara mahasiswa dan alumni muda yang bahkan tidak tau mau ngapain setelah lulus.
Helloooo
Dimana #panggilanjiwa kamu kawan? Masih belum berjumpakah dengan #panggilanjiwa kamu itu? Atau bahkan kamu tidak berusaha mencarinya?
Sobat,apakah dunia kampus belum cukup untuk kamu dalam mem-#bangunmimpi? Butuh berapa lama lagi untuk kamu agar bisa menemukan dan merencanakan mimpi besar kamu sobat? Atau jangan jangan kamu lebih nyaman dalam ketidakpastian mimpi kamu?
Mereka yang tidak punya mimpi akan terjebak pada kegalauan hidup, dan bila kegalauan hidup menemani mereka maka ketidakpastian akan menjadi sahabat, dan akhirnya berujung pada ketidakjelasan manfaat hidup itu sendiri.
APA KONTRIBUSI KAMU UNTUK NEGERI?
Percuma saja kamu kuliah kalau ternyata pilihan jurusannya bukan yang kamu minati, bohong dengan #panggilanjiwa hanya untuk mengejar titel di kampus negeri saja. Hidup itu bukan sekedar titel kamu di dapat dimana, tetapi kamu mau berbuat apa dengan titel tersebut untuk kebaikan dan kebermanfaatan.
Kamu pikir jadi alumni dari kampus beken itu terjamin masa depannya kawan? Saya justru banyak kenal teman, senior, dan junior saya di kampus yang luntang-luntung gak jelas karena penuh kegalauan dalam menatap masa depan. Mereka tidak membangun karakter diri selama jadi mahasiswa. Akibatnya? Hidup segan, Mati enggan.

Lantas, apa yang bisa dibanggakan ketika setelah lulus hanya menjadi sekrup kapitalis yang menghambakan diri pada uang dan rela ketika sumber daya negeri ini dikeruk untuk kepentingan asing semata. Apa kalian lupa kalau kalian kuliah disubsidi oleh negara? Uang rakyat itu kawan? Hasil pajak mereka yang berharap negeri ini lebih baik.
Buat saya, percuma belajar mati-matian masuk perguruan tinggi kalau ujung-ujungnya hanya memetingkan isi perut belaka dan tidak mampu berkontribusi untuk bangsa. Sayang banget kawan, bila 4-5 atau bahkan 6 tahun kuliah pada akhirnya hanya menjadi perusak negeri, yang serakah atas kebutuhan dunia.
Atau lebih sadis lagi mereka para koruptor yang menghabiskan hidup untuk merusak moral sosial bangsa. Seharusnya mereka mereka inilah yang di klaim oleh Malaysia bukan budaya Indonesia.
Rakyat negeri ini membiayai kamu kuliah bukan hanya untuk mendapatkan IPK Cum Laude atau terancam Cum Laude. Yakin nih yang IPK nya 4.00 itu benar-benar cerdas? Jangan-jangan mereka cuma seorang robot yang jago menyelesaikan soal ujian, tetapi gamang dalam menghadapi soal kehidupan.
Kamu kuliah di kampus teknik, jadilah teknokrat yang visioner. Kuliah di fakultas hukum, jadilah advokat yang adil. Belajar di jurusan ekonomi, maka jadilah ekonom yang bijak. Atau bila kamu kuliah di kampus pertanian, bangunlah negeri ini dengan ilmu pertanian yang kamu miliki, jangan mangkir dari kompetensi dan malah berpikir untuk menjadi bankir.
Kuliah itu mahal kawan, setau saya di UI sudah Rp.25.000.000, di ITB bahkan ada yang mencapai Rp.50.000.000. Biaya per semester juga sudah semakin besar, lalu apa yang kamu cari setelah lulus? Hanya bekerja sebagai pegawai kah pilihan hidup kamu?
Masih banyak anak muda Indonesia yang tidak kuliah. Atau alumni kampus yang katanya beken dan akhirnya memilih untuk bersaing dalam job fair dengan alumni kampus yang katanya ga beken? Gak malu ya sobat?
Yuk kita berpikir #beda , jangan berpikir “mau kerja di perusahaan apa”, melainkan “mau buka lapangan kerja dimana ya”
Saya sering bilang ke mahasiswa ITB, buat apa kamu bangga masuk ITB kalau hanya bisa jadi mahasiswa KUPU KUPU alias kuliah pulang kuliah pulang. Mending kamu sekalian aja pulang ke rumah orang tua kamu. Karena kita kuliah bukan hanya untuk mengejar nilai, kita kuliah untuk menikmati proses pembelajaran diri dalam setiap kesempatan.
Malu lah pakai jaket kuning UI yang katanya keren itu kalau gak peka sama isu sosial masyarakat, hanya mengenal kuliah-kafe-mall saja. Helloo kawan, itu jaket kuning lambang perjuangan, apa kontribusi kamu untuk negara. Kalau kamu sudah berkontribusi untuk negeri, barulah boleh sedikit bangga dengan jaket kuning kamu sobat!
Atau mahasiswa UGM yang terkenal dengan jaket warna karun goni, itu warna kerakyatan, maka segen saya lihat mahasiswa UGM kalau melihat dan memikirkan realita rakyat aja gak mau. Jaket mu itu bukti pengorbanan sobat!
Malu lah gw jadi mahasiswa kalau sepanjang masa kuliahnya gak pernah demo di jalan
Ah capeklah kuliah itu kalau hanya mengejar Nilai tetapi anti sosial, menjadi manusia robot yang bangga jadi sekrup kapitalis.
Buat kamu yang baru lulus SNMPTN atau segala bentuk ujian masuk perguruan tinggi lainnya. Berani janji kontribusi apa selama jadi mahasiswa? Atau udah cukup bangga dengan label mahasiswa?
Masuk jurusan kedokteran kampus beken, tetapi gak mau praktek di daerah terpencil, hanya mau jadi dokter di kota. Hmm percuma deh, di kota di daerah daerah aja masih kekurangan dokter, di kota dokter menumpuk. Hmm mendingan mundur deh.
Ayolah kawan! Kita MAHAsiswa, ada kata Maha di depan siswa, masa masih sama sama aja konsep berpikirnya dengan mereka yang tidak sekolah. Malu la kita sama tukang bakso yang bisa punya 3 pegawai, mereka yang tidak kuliah aja bisa ngasih makan orang lain, lah mahasiswa? Bangun Idealisme itu kawan, sejak mahasiswa, kesempatan terakhir untuk membangun idealisme itu ada di kampus. Setelah lulus, kalian akan menikmati dunia nyata yang sangat kejam dan pragmatis.
Hidup itu bukan hanya tentang duit, duit, dan DUIT.
Mahasiswa itu #beda!
Yuk kita bangun konsep berpikir yang dewasa. Jangan bangga ke kampus pakai mobil orang tua untuk mejeng sana sini dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, manja dalam belajar serta lemah karakter. Percuma nanti di hari wisuda, para alumni itu hanya menambah daftar pengangguran negeri ini, buat apa kamu kuliah sobat?
Sobat, mari kita maknai dengan #bijak kenapa kita harus kuliah. Ini bukan hanya sekedar mengikuti kebiasaan banyak orang. Tetapi ini tentang upaya membuat diri kita lebih mampu berkontribusi untuk pembangunan bangsa.
Sobat, kamu mau berkontribusi apa selama kuliah?
“Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”
-Ki Hajar Dewantara-



Selasa, 26 Juni 2012

The Best Thing That Ever Being Mine

Alhamdulillah, akhirnya bisa juga berkunjung ke almamater tercinta! Meskipun harus lelah menempuh sekitar 5-6 jam perjalanan lamanya, rasa lelah itu hilang seketika ketika aku bertemu dengan teman teman tercinta. Rasa rindu yang telah lama membuncah sirnalah sudah. Dan aku sangat bahagia karena mereka memberikan penyambutan yang hangat buatku, tapi ada rasa sedikit bersalah juga karena sepertinya mereka kelelahan setelah menemaniku mengitari sudut almamater tercinta. Dan foto diatas kami ambil di outbond area yang terletak di pojok pondok, menikmati senja bersama disana. melihat beriak air oleh ikan mas yang banyak dikolam dan berfoto bersama disana.

Sungguh bahagia diriku waktu itu, bisa berada ditempat dimana aku tumbuh besar, meningingat ingat lagi apa yang telah aku lakukan disana dari kelas satu sampai bergelar mahasiswi. Yang membahagiakan lagi itu, ketika ada yang menyapa "Assalamu'alaikum, ustadzah!" ahh, itu the best feel ever, bersyukur mereka masih mengingatku, jujur nih, aku kangen ngajar!

Makasih banget buat semua temanku yang telah rela meluangkan waktunya untuk melepas rinduku, waktu yang kulalui bersama kalian amat sangatlah berharga. Dan aku minta maaf juga ya, mungkin selama aku disana selalu merepotkan kalian, menyita waktu istirahat kalian, hehe.

Jadi inget lagunya Taylor Swift : You are the best thing that's ever being mine! Kalian adalah salah satu anugerah terindah yang diberikan Allah untukku, Asykuruka ya Rabbi! :))

Selasa, 19 Juni 2012

What Makes You Beautiful MV

Nah, ini dia MVnya What Makes You Beautifulnya One Direction. Nice song, and I love the melody, easy listening banget!

What Makes You Beautiful

"Don't need make up to cover up
 Being the way that you are is enough"

Hayoo, kamu tahu nggak, judul lagu dari potongan lirik diatas? Yup, What makes you beautiful sung by One Direction. Secara pribadi aku setuju banget sama lirik lagu diatas! Untuk menjadi cantik, sebenarnya ngga butuh namanya make up tebal. Be yourself aja!

Kenapa ya aku suka banget bahas masalah ini? Pertama, because I'm a GIRL! Dan yang kedua karena aku lelah melihat perempuan jadi victim dari wacana media dan kaum materialistis yang hanya menganggap kecantikan itu hanyalah sebatas kecantikan fisik.

Kenapa juga aku nyalahin media? Aku berani nulis ini karena aku telah melakukan pengamatan dan riset terhadap media seumur hidupku ( eciyeh, lebay banget) . Sekarang coba lihat deh, iklan-iklan ditipi, siapa yang jadi ikonnya? Wanita cantik, putih, tinggi, langsing, seksi. Dan kebanyakan pula di iklan itu ada misi tersirat bahwa wanita yang seperti itu yang gampang membuat lelaki terpesona. Lihat juga tu, sinetron ditipi, kalau pun ada cerita cewek gendut, pasti dia akan berusaha menjadi cantik dan kemudian ketika dia sudah berubah menjadi cantik maka banyak lelaki yang mendekatinya. Ahh, basi!

Tapi tunggu dulu, apakah benar seperti itu? Apakah penting membuat orang terkagum dengan kecantikan yang kita miliki? Saya rasa semua itu TIDAK PENTING! Mengapa? Bukankah setiap wanita itu cuma mau dinikahi sama seorang lelaki? Poliandri kan haram,haha. Jadi apa gunanya membuat semua orang tertarik? Kalau ada yang bilang, aku jelek nanti nggak ada yang suka sama aku. Ah, saya rasa pendapat ini juga salah. Mengapa? Allah itu sudah mengatakan bahwa manusia itu diciptakan berpasang-pasang, siapa beliau itu pasti sudah ada cuma mungkin waktunya belum tepat dan antara pasangan itu ada yang belum siap jadi belum dipertemukan, jadi yang sabar ya! Bukan faktor cantik kok yang membuat orang itu jatuh cinta, kalau memang sudah jodoh, maka jadilah! Biarlah Allah yang menurunkan rasa itu dihati keduanya, jika Allah berkata KUN! FAYAKUN! ya kan? Dan juga cantik itu relatif, tiap orang punya penilaian berbeda. Kalau cantik itu jadi syarat untuk dicintai, kasihan dong cewek yang nggak cantik kayak aku ntar nggak nikah-nikah lagi, na'udzubillah! Jangan sampai, aku pengen nikah muda ( nah lo! ) kalau udah siap tentunya. (kok jadi curcol ya).

Dan masih menurutku juga, cantik dari hati itu lebih penting. Jujur ya, aku aja yang cewek kalau ketemu dan ngobrol sama cewek yang lembut, kaffah, pandangannya selalu menunduk, sederhana, nggak neko-neko, terkagum kagum dibuatnya. Rasanya dari tubuhnya mengeluarkan aura yang membuat kita segan dan nggak berani macam macam, justru yang seperti itu yang terlihat anggun dan berhasil membuatku iri dari relung hati yang paling dalam. Jadi, lebih baik mempercantik hati daripada ngoyo mempercantik fisik dengan barang yang tidak perlu dan menyiksa diri sendiri.  Arasso?

Tapi, kamu juga harus tetap merawat apa yang kamu miliki, jangan sampai terlihat kucel dan tidak rapi. Merawat itu tidak dilarang, yang dilarang itu adalah mengubah ciptaan Allah. Dandan juga ada batasnya ya, seperlunya aja lah. Ngga perlulah pake maskara, eye shadow, atau apalah itu namanya yang dipakein dipipi, dan juga jangan pake parfum! Itu sudah jelas larangannya, parfum hanya untuk suami saja, okey? Dan yang gemuk (kayak aku) ngga usah minder ya, yang gemuk itu justru imut loo! (bela diri sendiri ceritanya) Yah, cukup sampai disini, semoga aku cepat dapat inspirasi baru dan nulis entry baru lagi. Silahkan dikomen!

Senin, 18 Juni 2012

Ini Ceritaku


Jujur ya, aku ini tipe orang yang suka mikir, dari yang jelas sampe yang g jelas. Sering diam, tapi sebenernya dalam diam itu aku mikir entah apa, tapi kebanyakan Cuma mandeg di diary bahkan lebih parah lagi cuma mandeg dipikiran, jadi sekali kali aku share, smoga bermanfaat ya! 
Critanya nih yee, aku tu klo berangkat bimbel naik bus, trus angkot 1 kali ganti, biasalah ngga boleh naik motor jauh jauh sama ortu dan lagi jalan Semarang-Demak lumayan mengerikan. Tapi dari situ aku banyak ngeliat kejadian yang menyayat hati, tau sendirilah, yang naik angkot itu siapa, yang penting anggota DPR g ada yang naik angkot *lol*. Aku tu sering aja memperhatikan orang orang diangkot itu, ya sambil berfikir, sambil bersyukur tapi g jarang juga sambil istighfar *ngliat yg g baik soalnya, hehe*
Pernah kejadian suatu hari, ada ibu ibu naik angkot sama anaknya, penampilannya *maaf* lumayan lusuh. Nah, waktu mau turun dari angkot itu, entah kenapa si anak tu berhenti ditengah pintu angkot, padahal yang mau turun lumayan banyak. Nah, si ibu itu udah keliatan emosi, ditariklah anak itu, waktu udah turun, si Ibu bilang gini : Goblok! Koe ngopo mandeg ning tengah? Bla bla bla *sambil nyubit anaknya*. Kebayang ngga muka anak itu kaya gimana? Kasihan banget, melas banget pek! Aku cuma bisa mandangin anak itu sampe hilang dari pandangan, sambil mendoakan, Ya Allah, smoga Allah memberimu kekuatan dek........
Hikmah yang aku ambil dari sini, ini loo alesan mengapa wanita itu harus berilmu, biar bisa mendidik anak, al-ummu madrosah na’am? Ini juga yang bikin aku sempat pengen ngambil kuliah di fak. Psikologi.  Apa yang ibu itu lakuin pasti bekas banget disanubari anaknya, apalagi anak itu masih balita, masih usia emas, harus dididik yang baik-baik, soalnya apapun kejadian itu bakalan terpatri dalam memori anak itu sampe tua nanti. Jujur aku sedih banget, aku kasihan sama adeknya itu, muka melasnya itu ngga nguatin, masih kecil n polos banget, gara-gara kesalahan kayak gini aja dimarahin segitunya, dicubit lagi, padahal harusnya bisa diomongin baik baik, namanya juga anak kecil, aku ngga tega, wahh mata langsung panas nii, sok ngambil tisu terus ngucek mata, aku emosional banget sih, jadi gini dehh *ini perasaannya udah ditahan tahan, tapi masih kayak gini*:p
Sebenernya masih banyak lagi critanya, aku sering ngalamin yang kaya gini sihh, mulai dari penjual rokok yang pincang, penjual koran yang tangannya cuma satu, dengerin curcolnya pak sopir angkot yang sepi penumpang juga sering, kwkwkwkw. Tapi takut kepanjangan ntar yang baca jadi males, aku udahin disini aja. Ya klo liat kejadian kayak gitu, aku cuma bisa doain mereka, smoga Allah memberi mereka kekuatan. Bukannya aku nganggep mereka lemah atau meremehkan mereka, karena yang aku tau dan yang aku rasain sebagai manusia, manusia itu ngga ada apa apanya, lemah banget, maka harus selalu minta kekuatan sama YANG MAHA KUAT! Kekuatan yang kita miliki sekarang kan juga bukan punya kita, tapi PEMBERIAN dari ZAT YANG MAHA KUAT iya too?

Pantaskah Guru Dihina?

Siang ini rasa tersentak, kaget, sedih dan marah bercampur jadi satu. Sebabnya adalah karena saya membaca status dari teman seangkatan saya yang isinya menghina ustadz saya dengan kata kata yang tidak pantas diucapkan apalagi oleh seorang santri. Padahal dipondok dulu kami selalu diajari untuk hormat pada guru, karena gurulah yang telah mendidik kami semua dari yang awalnya tidak tahu apa apa menjadi lebih banyak tahu, dari yang baru kenal huruh hijaiyah sampai bisa berbahasa arab dengan fasih dan lancar. Apalagi guru yang mengajar dipondok kami adalah benar benar orang yang ikhlas, tidak mengharap imbalan, dan mengabdikan hidup mereka untuk mendidik kami menjadi generasi khoiru ummah.

Seperti apa sih guru kami disana? Well, disini saya akan bercerita tentang guru kami sesuai dengan apa yang saya rasakan selama enam tahun disana. Banyak orang menganggap remeh guru kami, apa pasalnya? Ya tentu saja faktor usia dan gelar, karena jujur saja usia guru kami memang sangat muda, ya seumuran anak lulus SMA sampai dua puluh lima-an kecuali guru senior lainnya. Karena faktor itulah banyak yang menganggap remeh kualitas guru kami. Tapi, apakah gelar dan usia memengaruhi kualitas mengajar seorang guru? Saya rasa tidak. Jiwa guru itu sendirilah yang menentukan kualitas mengajarnya. Apalah artinya usia yang matang dan gelar apabila mengajar hanya diniatkan untuk sebuah materi dan tidak didasari dengan keikhlasan?

Sekolahku adalah sebuah pesantren yang tentunya berasrama, kami tinggal jauh dari orang tua. Maka dari itu kami pun menganggap guru kami seperti orang tua bagi kami. Tidak hanya mengajar, tapi mereka juga mendidik kami menjadi pribadi yang lebih matang dalam menghadapi persoalan hidup yang pasti akan kami hadapi di masa depan kami. Apalagi pengasuh pondok kami, beliau adalah sosok yang penuh wibawa menurut saya. Nasihat yang beliau berikan selalu mengena dihati kami. Memang kami dididik secara keras, dan kadang dengan cara yang kita tidak mengerti. Namun, bukankah dipaksa dalam kebaikan jauh lebih baik daripada dipaksa dalam kejahatan? Mungkin pada awalnya merasa terpaksa, tapi karena ini adalah perbuatan baik siapa tahu Allah akan memberi hidayah pada kita dan pada akhirnya kita menjadi sadar dan melakukannya dengan ikhlas? Dan cara yang tidak saya pahami dulu karena keterbatasan fikiran saya yang masih dibilang "ababil" itu sekarang telah saya pahami dan saya syukuri, karena ternyata meski dulu agak sedikit membutuhkan pengorbanan, rasa terpaksa, dan kadang saya menggerutu ternyata memang semua itu baik untuk saya di masa kini dan dimasa yang akan datang.

Keikhlasan guru kami dalam mendidik kami sangat luar biasa. Mereka tidak dibayar, jadi apa yang mereka lakukan bukan berdasarkan materi semata. Tiap malam mereka menemani kami belajar bahkan apabila ujian mereka menemani kami sampai malam. Padahal saya tahu, mereka juga masih kuliah dan punya banyak tugas tapi mereka selalu meluangkan waktu untuk kami. Dan guru kami itu selalu terlihat perfect dibawah kami, sepertinya mereka tidak pernah sedih dan selalu tersenyum, itulah yang membuat kami dekat dengan mereka. Padahal sebagai manusia pasti ada kalanya dirundung masalah, tetapi mereka selalu menyembunyikan itu dari kami, karena mereka tahu mereka adalah penyemangat kami.

Itu baru secuil kisah tentang betapa berharganya guru kami, jikalau saya menuliskan semua kebaikan mereka tak akan mungkin saya selesai karena kebaikan mereka itu terlalu banyak. Maka tak layak bagi seorang murid apalagi dari pondok kami pantas untuk menghina guru kami. Mereka adalah orang yang sangat berjasa dalam membentuk diri kita yang sekarang ini. Jika terkadang apa yang mereka lakukan dalam mendidik kita terasa pahit, yakinlah suatu saat nanti akan berbuah manis! Jangan sampai penghinaan itu terulang kembali dan membuat ilmu yang kita dapatkan tidak bermanfaat. Semoga Allah memberi hidayah pada teman saya itu, agar segera sadar akan kesalahan yang telah diperbuatnya. Allahu yahdiha.

Minggu, 17 Juni 2012

Selembar Kenangan

Well, ini adalah salah satu foto dengan para muridku. Ahh, benar benar kenangan yang indah, I love 'em all! Meskipun mengajar mereka itu butuh kesabaran yang besar, disitulah nikmatnya. Belajar mengerti orang lain, menyalurkan ilmu dengan sesama adalah nikmat yang tak terlukiskan. Alhamdulillah, thanks God, for all the chances You gave me!

Ahh, Aku Kangen!

Foto ini diambil diatas rayon baru di Gontor Putri 1 yang belom jadi, biasalah hari Jumat jalan pagi bareng mereka. Yah, aku kangen sama kebersamaan ini. Kangen tak terperi!