My Follower

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sudah Benarkah Puasa Kita?

Setelah membaca buku karya Mohammad Fauzil 'Adzim yang berjudul 'Mencari Ketenangan Di Tengah Kesibukan" ada sedikit perasaan takut yang merasuki kalbu saya, apalagi tentang puasa.

Kira kira,sudah benarkah  puasa yang selama ini kita kerjakan ? Ataukah ia tak memiliki arti selain pindah jam makan? Na'udzubillah.

Salah satu makna dari puasa itu adalah latihan menahan hawa nafsu. Tapi apalah artinya apabila ketika berbuka kita malah makan sepuas puasnya dengan makanan dan minuman yang berlimpah ruah. Contoh saja, berbagai macam minuman mulai dari kolak, es campur, es teh, es buah semua terhidang diatas meja. Pun begitu dengan berbagai makanan, dari makanan berat dan ringan. Semua tersedia, bahkan tak jarang sholat isya' menjadi terganggu akibat perut yang terlalu kenyang. Dan tak jarang pula makanan yang terbuang karena kita telah menyediakan makanan terlalu banyak.

Padahal salah satu arti puasa itu adalah agar kita bisa merasakan penderitaan kaum dhu'afa. Lalu apakah dengan cara cara berbuka seperti itu kita bisa merasakan penderitaan mereka?

Yah, saya merasa takut. Jangan jangan puasa saya selama ini tidak bernilai apa apa jika saya seperti itu. Sekiranya berbuka itu cukup dengan seadanya, bukan dengan mengada ada yang kadang malah membuat pengeluaran menjadi lebih besar. Rasulullah pun telah mencontohkan, bahwa beliau berbuka dengan air dan tiga butir kurma, sederhana sekali.

Semoga puasa kita masih sempat memperbaiki amalan puasa kita di hari hari kedepan, mari kita berbuka dengan makanan bersahaja secukupnya seperti yang dicontohkan Rasul kepada kita.

Ushikum wa iyyaya nafsi, wallahu a'lam bishshawab.

Selasa, 09 Oktober 2012

Realita Kehidupan

Suatu siang di Semarang, udara panas menyengat. Seorang bapak bapak setengah baya terseok di perempatan lampu merah, aku tidak tahu mengapa, yang aku lihat beliau tidak bisa berjalan dan telapak kakinya mengeluarkan darah dan beliau berusaha mendekati kendaraan yang berhenti dilampu merah untuk meminta kemurahan hati para pengendara kendaraan. Sungguh aku tak sanggup melihat kakinya, apalagi cairan merah yang keluar dari kakinya.

Disaat yang sama, di Paragon, seseorang sedang menghambur hamburkan uangnya membeli berpotong potong baju yang tidak dibutuhkan, hanya untuk memuaskan nafsu yang tak pernah puas,

Suatu pagi menjelang siang di Kaligawe, kulihat bapak bapak berbaju pramuka yang biasa menyeberangkan pengendara yang ingin menyeberang sedang mengais di keranjang sampah. Entah apa yang dicari.

Disaat yang sama seseorang sedang menikmati hidangan mewah dihotel berbintang lima. Mahal harganya tapi tidak dihabiskan makanan itu sampai habis karena takut dibilang rakus. Padahal barokah makan itu diakhirnya kan? Rasulullah selalu mengajarkan kita untuk makan sampai habis supaya tidak ada yang terbuang, sekali lagi, itu BUKAN RAKUS.

Yah, beginilah hidup. Padahal semestinya rezeki berlimpah yang didapat sebagian orang itu bukan sepenuhnya rizkinya. Disana ada sebagian rezeki orang lain yang dititipkan Allah kepadanya agar dia menjadi perantara bagi sampainya rezeki amanah Allah itu kepada orang lain yang membutuhkan
Tapi sayangnya, kita termasuk diri saya sendiri sering lupa akan amanah besar itu.......

Astaghfirullah.....

Senin, 08 Oktober 2012

PKA yang Tak Akan Terlupa


Peristiwa itu telah tiga tahun berlalu, tapi kenangan yang tersimpan indah dalam memori tak akan pernah bisa terlupa sepanjang waktu. Kebersamaan, kekompakan, kesederhanaan, ketekunan, kerja keras, loyalitas, dan dan kreatifitas kami diuji ketika itu. Canda tawa, tangis, suka, duka, dan lelah kami lalui bersama. Kelaparan dan kedinginan di malam yang mencekam adalah hal yang biasa. Tapi nyatanya kami bisa melewatinya, sebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah karena KEBERSAMAAN. Sungguh, saya benar benar merasakan nikmatnya kebersamaan disini.

Makan bareng disatu tempat, ngecat bareng, ketiduran bareng, dan kadang untuk menghilangkan suntuk nyanyi bareng, celana dan kaos terkotori cat, merupakan hal yang tidak pernah terlupa.

Tiga tahun berlalu, tapi masih saja lekat dipikiran karena aku tidak menemukan perasaan hangat seperti itu selain disana. Indah untuk dikenang, tapi tak mungkin terulang apalagi untuk diriku yang telah resmi menjadi alumni.

Yah, besok PKA akan diselenggarakan, ingin sekali bisa ikut menghadiri tapi apalah daya waktu jua tak mengizinkan. Saya hanya bisa berdoa, semoga acara besok berjalan tertib dan lancar. Semoga Allah memberikan barokah untuk pondok kami selalu. Amin

Sabtu, 06 Oktober 2012

Just Because You're A Medical Student, Doesn't Mean You Can Be Arrogant!

Judulnya ngeriiii. Pagi pagi loo, udah nulis kayak ginian. Jangan salah, ini bukan marah marah, hanya bagian dari muhasabah yang semoga menghindarkan diri kita dari salah arah dan salah kaprah.

Jadi gini ya, menuntut ilmu adalah salah satu perbuatan mulia yang akan bernilai ibadah jika niatnya hanya untuk Allah semata, sama seperti perbuatan lainnya. Namun bila niatnya hanya untuk dunia, semata mata hanya untuk mencari pekerjaan, uang, dan martabat maka perbuatan itu akan sia sia, bahkan Allah pun mengancam  bahwa orang yang seperti itu tidak akan mencium bau surga. Na'udzubillah.

Saking tingginya penghargaan dari Allah untuk para penuntut ilmu, Dia pun mengangkat derajat bagi para penuntut ilmu beberapa derajat lebih tinggi daripada mereka yang tidak menuntut ilmu.

Dan ilmu itu sendiri pun bermacam macam dan tidak mungkin bagi satu orang untuk bisa menguasai dengan benar benar seluruh ilmu didunia ini. Saya pikir itu absurd sekali. Maka dari itu ada istilah penjurusan, setiap orang memilih jurusan ilmu yang diminatinya untuk dipelajari lebih dalam supaya apa yang didapat tidak hanya setengah setengah. Kalau zaman sekarang, kuliah kan ada jurusan jurusan tuh, itu dia pengelompokannya. Ada jurusan kedokteran umum, psikologi, pendidikan bahasa Inggris, ekonomi akuntansi dan lain sebagainya. Semuanya sama, semuanya baik! Hanya ilmu yang dipelajarilah yang berbeda, nothing else. Bahkan yang tidak sanggup untuk kuliah tapi tetap mencari ilmu dari jalur tidak formal pun baik. Yang salah itu adalah yang kuliah tapi malah malas malasan atau yang lebih parah lagi yang menggunakan alasan tidak sanggup kuliah untuk berhenti belajar. Ini anggapan yang salah, menuntut ilmu itu harus dilakukan sepanjang hayat, entah itu jalur formal maupun non formal, kita lihat saja contoh ulama terdahulu, dulu kan tidak ada istilah sekolah formal, meskipun begitu mereka tetap mengembara kemana saja dan melakukan banyak usaha agar dapat menuntut ilmu.

Jangan sampai ada perasaan lebih tinggi dan menghina jurusan lain yang "dianggap" lebih rendah. Itu hanya akan menurunkan harga diri kita. Maaf ya, saya bukan bermaksud ghibah, hanya memberi contoh hal yang saya anggap tidak baik dan tidak pantas untuk dilakukan. Semoga yang saya maksud segera sadar. Saya pernah membaca sebuah tweet yang pada intinya merendahkan jurusan agama islam dan menganggap tinggi jurusan kedokteran. Padahal itu dipost di Twitter, jaringan sosial yang bisa dibaca siapa saja, apalagi saya yakin banyak diantara followernya yang merupakan mahasiswa dari fakultas agama Islam. Jujur, dari lubuk hati yang terdalam hati saya sakit, apalagi hati orang orang dari fakultas tersebut yang membacanya.

Belajar agama Islam itu tidak semudah yang dibayangkan bro, agama Islam itu luas, dan harus berhati hati dalam belajar karena jika salah mengambil guru dan dosen bisa bisa jadi liberal, na'udzubillah. Ilmu mushtholahul hadits contohnya, mennurut saya ilmu ini lumayan rumit. Mengelompokkan hadits shohih, dho'if, dan maudhu' bukanlah hal yang mudah, dan insya Allah ilmu ini juga amat sangat bermanfaat bagi ummat. Janganlah definisikan manfaat itu cuma secara fisik saja, contohnya dokter yang mengobati pasien. Bermanfaat bagi ummat itu luas, secara spiritual, emosional, dan finansial juga bisa.

Intinya, mari kita hindarkan sifat merasa lebih tinggi dari yang lain. Mungkin perbedaan itu hanya terdapat di biaya saja, memang biaya untuk kuliah di fakultas kedokteran lebih mahal dari fakultas lainnya. Tapi tunggu dulu, memangnya uang itu uang kita sendiri? Pastinya uang dari orang tua kita, lagipula semua hanya bisa kita dapat min fadhli Rabbina, hanya dari kemurahan Tuhan kita. Lagipula bayangkan saja jika semua orang didunia ini menjadi dokter, lha siapa yang mau design bangunan? Siapa yang mau ngajar SMP? Siapa yang mau jadi polisi? Semoga tulisan ini bermanfaat.

Ushikum wa iyyaya nafsi, WALLAHU A'LAM BISHSHAWAB

Selasa, 02 Oktober 2012

Allah Tidak Pernah Salah

Allah tidak pernah salah, maka dari itu segala kejadian yang terjadi meski itu pahit, manis, susah, bahagia adalah BENAR. Semua sesuai dengan skenarioNya. Yang pahit dan yang manis itu sama, keduanya merupakan ujian keimanan bagi manusia. Ketika diberi sesuatu yang membuat bahagia, masihkah ia mengingat Tuhannya dalam keadaan bahagia itu atau hanya mengingatNya ketika susah? Takabburkah ia? Mampukah ia bersyukur dengan baik? Sebaliknya, ketika diberi sesuatu yang membuat hati sedih merana ikhlaskah dia? Atau malah putus asa dan menyalahkan Tuhannya?

Jadi, semuanya tergantung pada manusia bagaimana menyikapinya. Allah tidak pernah salah, ketika kamu gagal mendapat apa yang kamu mau dan bahkan kamu sekarang berada ditempat yang sama sekali tidak kamu sukai bahkan kamu benci. Pasti ada BLESSING IN DISGUISE, PASTI ADA RAHMAT ALLAH YANG TERSEMBUNYI DAN BELUM KAMU TEMUKAN. Pasti ada, out there, somewhere. 

Jangan pernah lagi berkata "Seandainya aku dulu bla bla bla" karena itu adalah pintu setan. Dari perkataan itulah bermula sebuah ketidak syukuran yang akan beranak pinak menjadi perbuatan maksiat lainnya.

Disini pula aku berdiri, sedang mencari rahmat Allah yang tersembunyi ditempat yang sama sekali tidak aku inginkan. Mencari hikmah yang mungkin tidak bisa kutemukan ditempat yang lain. Suatu saat jika aku bersungguh sungguh aku pasti menemukan hikmah dan rahmat Allah dibalik semua kejadian ini. 

Allah tidak pernah salah, keinginanmu lah yang terkadang salah. Kadang sesuatu yang baik menurut kita, justru itu buruk. Dan kadang sesuatu yang buruk menurut kita, justru itulah yang baik.

Dan sekarang saya benar benar merasa malu padaNya karena saya seringkali tidak mensyukuri apa yang saya dapat dan malah berandai andai terhadap masa lalu. Jika saya mampu bersembunyi dari Allah maka saya akan bersembunyi, tapi sayangnya saya tidak akan pernah bisa melakukan itu. 

Allahumma innaka 'afuwwun karim....
Tuhibbul 'afwa fa'fu'anna ya kariiim....
Wallahu a'lam bishshawab