My Follower

Jumat, 06 Juli 2012

Keterpaksaan Berbuah Kesyukuran

Selama ini saya mendengar banyak ucapan seperti ini, "ihh, ngapain sih aku dipakasa pake kerudung? Sama aja kalau aku terpaksa bukan dari hati!" Hem, saya merasa ada yan salah dengan ucapan ini, kemudian saya berfikir, apa yang salah dengan pemaksaan dalam kebaikan ( apalagi menutup aurat adalah harga mati ) ? Terus apalanya yang salah kalau seperti itu? Tentu saja yang merasa terpaksa, mengapa dalam melakukan kebaikan harus merasa terpaksa? Bukankah melakukan kebaikan itu untuk kebaikan dirinya sendiri nanti? Justru saya pikir, orang yang memaksa dalam kebaikan itu adalah orang yang sangat sayang padanya karena dia tidak ingin orang yang disayanginya jatuh kedalam limbah kenistaan. Bukankah itu bagus? Dan sayang itu menurut saya bukan hanya seseorang yang setia menemani tapi juga dia yang berani menuntun ke jalan yang lurus, meskipun itu melukai hati orang yang disayang.

Lagipula, terpaksa dalam kebaikan itu jauh lebih baik daripada ikhlas dalam melakukan kejahatan. Siapa tahu, pada awalnya merasa terpaksa, tapi karena itu adalah kebaikan maka Allah memberikan hidayahNya dan pada akhirnya menjadi ikhlas dalam melakukan kebaikan itu, who knows? Pada akhirnya, kita nanti akan menyadari bahwa keterpaksaan dalam kebaikan itu akan berbuah sebuah kesyukuran.

Dan lagi, saya pernah membaca tweet dari seorang aktivis JIL bahwwa ketaatan pada ajaran agama tidak boleh dipaksakan melalui aparat negara, agama harus dlakukan secara sukarela, tak ada paksaan dalam agama katanya, nah lo! Kalau konsep La ikroha fiddin dalam al-quran itu ditujukan pada pemeluk agama selain Islam, jadi tidak ada keterpaksaan dalam masuk agama Islam seperti juga lakum dinukum waliya din. Tapi, ketika seseorang telah menjadi seorang muslim, maka konsekuensinya adalah dia harus taat dengan semua hukum Islam, terpaksa atau tidak itu adalah sebuah pilihan, akan lebih baik jika menjalankannya dengan sukarela dan ikhlas.  Lha wong sebagai warga negara saja harus taat pada hukum negara, bukankah itu sebuah keterpaksaan juga? Kalau tidak taat maka konsekuensinya akan mendapat hukuman sesuai dengan peraturan negara tersebut, iya kan? Apalagi ini masalah agama, masalah aqidah, maka harus patuh dan taat, jika tidak maka akan mendapat konsekuensi di akhirat nanti. Lebih baik mana, terpaksa dalam kebaikan dan kemudian nanti jadi ikhlas, atau berbuat jahat dengan suka cita tapi dapat azab yang pedih diakhirat nanti? Rasulullah juga mengajarkan pemaksaan dalam kebaikan, untuk anak berumur 7 btahun yang belum mau solat maka boleh saja dipukul, tapi semuanya demi kebaikan sang anak sendiri. Bayangkan saja dengan anak yang waktu kecil tidak pernah dipaksa solat, seandainya hidayah Allah tidak datang maka dia tidak akan pernah kenal dengan solat. Bukankah itu mengerikan?

Jadi konklusinya, salahkah dengan pemaksaan dalam kebaikan? Jikalau ada yang merasa terpaksa, maka tanyalah pada diri masing-masing, pastilah ada sesuatu yang salah, karena berbuat kebaikan adalah fitrah dari manusia. Karena pada dasarnya, tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah pada Allah. Wallahu a'lam bishshawab.

Artikel Terkait Lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar