My Follower

Senin, 18 Juni 2012

Pantaskah Guru Dihina?

Siang ini rasa tersentak, kaget, sedih dan marah bercampur jadi satu. Sebabnya adalah karena saya membaca status dari teman seangkatan saya yang isinya menghina ustadz saya dengan kata kata yang tidak pantas diucapkan apalagi oleh seorang santri. Padahal dipondok dulu kami selalu diajari untuk hormat pada guru, karena gurulah yang telah mendidik kami semua dari yang awalnya tidak tahu apa apa menjadi lebih banyak tahu, dari yang baru kenal huruh hijaiyah sampai bisa berbahasa arab dengan fasih dan lancar. Apalagi guru yang mengajar dipondok kami adalah benar benar orang yang ikhlas, tidak mengharap imbalan, dan mengabdikan hidup mereka untuk mendidik kami menjadi generasi khoiru ummah.

Seperti apa sih guru kami disana? Well, disini saya akan bercerita tentang guru kami sesuai dengan apa yang saya rasakan selama enam tahun disana. Banyak orang menganggap remeh guru kami, apa pasalnya? Ya tentu saja faktor usia dan gelar, karena jujur saja usia guru kami memang sangat muda, ya seumuran anak lulus SMA sampai dua puluh lima-an kecuali guru senior lainnya. Karena faktor itulah banyak yang menganggap remeh kualitas guru kami. Tapi, apakah gelar dan usia memengaruhi kualitas mengajar seorang guru? Saya rasa tidak. Jiwa guru itu sendirilah yang menentukan kualitas mengajarnya. Apalah artinya usia yang matang dan gelar apabila mengajar hanya diniatkan untuk sebuah materi dan tidak didasari dengan keikhlasan?

Sekolahku adalah sebuah pesantren yang tentunya berasrama, kami tinggal jauh dari orang tua. Maka dari itu kami pun menganggap guru kami seperti orang tua bagi kami. Tidak hanya mengajar, tapi mereka juga mendidik kami menjadi pribadi yang lebih matang dalam menghadapi persoalan hidup yang pasti akan kami hadapi di masa depan kami. Apalagi pengasuh pondok kami, beliau adalah sosok yang penuh wibawa menurut saya. Nasihat yang beliau berikan selalu mengena dihati kami. Memang kami dididik secara keras, dan kadang dengan cara yang kita tidak mengerti. Namun, bukankah dipaksa dalam kebaikan jauh lebih baik daripada dipaksa dalam kejahatan? Mungkin pada awalnya merasa terpaksa, tapi karena ini adalah perbuatan baik siapa tahu Allah akan memberi hidayah pada kita dan pada akhirnya kita menjadi sadar dan melakukannya dengan ikhlas? Dan cara yang tidak saya pahami dulu karena keterbatasan fikiran saya yang masih dibilang "ababil" itu sekarang telah saya pahami dan saya syukuri, karena ternyata meski dulu agak sedikit membutuhkan pengorbanan, rasa terpaksa, dan kadang saya menggerutu ternyata memang semua itu baik untuk saya di masa kini dan dimasa yang akan datang.

Keikhlasan guru kami dalam mendidik kami sangat luar biasa. Mereka tidak dibayar, jadi apa yang mereka lakukan bukan berdasarkan materi semata. Tiap malam mereka menemani kami belajar bahkan apabila ujian mereka menemani kami sampai malam. Padahal saya tahu, mereka juga masih kuliah dan punya banyak tugas tapi mereka selalu meluangkan waktu untuk kami. Dan guru kami itu selalu terlihat perfect dibawah kami, sepertinya mereka tidak pernah sedih dan selalu tersenyum, itulah yang membuat kami dekat dengan mereka. Padahal sebagai manusia pasti ada kalanya dirundung masalah, tetapi mereka selalu menyembunyikan itu dari kami, karena mereka tahu mereka adalah penyemangat kami.

Itu baru secuil kisah tentang betapa berharganya guru kami, jikalau saya menuliskan semua kebaikan mereka tak akan mungkin saya selesai karena kebaikan mereka itu terlalu banyak. Maka tak layak bagi seorang murid apalagi dari pondok kami pantas untuk menghina guru kami. Mereka adalah orang yang sangat berjasa dalam membentuk diri kita yang sekarang ini. Jika terkadang apa yang mereka lakukan dalam mendidik kita terasa pahit, yakinlah suatu saat nanti akan berbuah manis! Jangan sampai penghinaan itu terulang kembali dan membuat ilmu yang kita dapatkan tidak bermanfaat. Semoga Allah memberi hidayah pada teman saya itu, agar segera sadar akan kesalahan yang telah diperbuatnya. Allahu yahdiha.

Artikel Terkait Lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar