My Follower

Selasa, 18 Maret 2014

Labbaika ( Part 1 : Madinah Al munawwarah )

Alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan untuk berkunjung ke dua kota suci bagi seluruh ummat Islam didunia.Lelahnya perjalanan panjang yang menghabiskan waktu berjam jam itu terbayar lunas ketika berhasil sampai di tanah haram tersebut.

Kota pertama yang saya kunjungi adalah Madinah al Munawwarah. Anda bertanya bagaimana perasaan saya? Terharu.... amat sangat terharu......


Akhirnya, saya berada di tempat dimana "manusia yang seharusnya menjadi manusia yang paling kita cintai setelah Allah" memperjuangkan agama ini, saksi bisu betapa cintanya beliau pada ummatnya, padahal dulu beliau tidak tahu apa yang dilakukan oleh ummatnya saat ini.



Rasa haru memuncak ketika Allah memberi kesempatan untuk mengunjungi Raudhah dan menunaikan shalat didalamnya. Raudhah ini adalah tempat antara rumah Rasulullah dan mimbar masjid yang merupakan salah satu dari taman surga ( raudhah berarti taman ).

Sembari menunggu giliran, saya bershalawat sambil mengingat perjuangan beliau. Betapa seharusnya saya harus mencintai Rasulullah melebihi saya mencintai diri saya sendiri, karena hanya karena Rasulullah-lah, saya bisa mengenal Allah, saya bisa merasakan nikmat iman. Saya terus menerus bertanya pada diri saya ketika itu, sudahkah saya mencintai Rasulullah? Ataukah saya hanya menyatakan 'Ya, saya cinta kepada Rasulullah" tanpa bukti nyata?

Padahal Allah dan para malaikatnya saja bershalawat untuk Rasulullah, sudahkah saya senantiasa bershalawat untuk Rasulullah ?
Sudahkah saya mengikuti sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari hari saya sebagai bukti cinta saya padanya?

Ngga usah yang besar besar dulu deh, mulai dari hal kecil.....
Sudahkah saya memakai sandal dari kaki kanan?
Sudahkah saya makan dengan tangan kanan?
Apakah saya selalu menghabiskan makanan di piring?
Apakah saya masuk ke kamar mandi selalu dengan kaki kiri?

Ternyata, saya belum sepenuhnya melakukannya. Lalu, saya bertanya kepada diri saya, sudahkah saya mencintai Rasulullah?

Padahal sebelum meninggal, Rasulullah tidak mengkhawatirkan keluarganya, melainkan "ummatii, ummatii, ummatii "
Padahal beliau mengorbankan hidupnya, dibenci keluarganya, dimusuhi kaumnya, demi menyampaikan risalah yang diberikan Allah supaya ummatnya ini bisa keluar dari kejahiliyahan menuju nikmat iman yang luar biasa

Lalu, apa yang sudah saya lakukan utuk mencintai Rasulullah?
Astaghfirullah, inni kuntu minadzdzzolimin......


Artikel Terkait Lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar