My Follower

Minggu, 29 September 2013

Dear mahasiswa PBL.......

Halo everybodeeeeeh....
Maap yak, saya mau tjurtjol lagi hehew. Daripada uneg uneg yang ada didalam hati saya ini saya pendem sendiri, mending saya tulis deh, siapa tahu bermanfaat. Semoga apa yang saya tulis kali ini membuat Allah ridlo terhadap saya dan dihitung sebagai ibadah terhadapNya, amiin.....

Okey, sebelumnya kita bahas dulu apa sih PBL itu?



PBL adalah singkatan dari problem based learning, merupakan pergeseran strategi pendekatan yang dipakai dalam kurikulum yaitu dari teacher-centered, information gathering, dicipline based, hospital based, uniform, and apprenticeship based ke student centered, problem based, integrited, community based, elective, and systematic (SPICES
model).

Menurut teori human information processing ada tiga prinsip penting yang harus diperhatikan dalam proses pencarian informasi dalam belajar mengajar, yaitu mengaktifkan prior knowledge, encoding specificity, and
elaboration of knowledge. Tiga prinsip tersebut sangat sesuai dengan kurikulum yang disusun berdasarkan problem (PBL), mengingat PBL memungkinkan mahasiswa sejak tahun pertama dan tahun-tahun berikutnya
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ketiga prinsip tersebut. ( Buku pedoman pendidikan FK Unissula 2010/2011 )

Maka dari itu, IMHO, mahasiswa PBL dituntut untuk banyak belajar dan  mencari tahu sendiri. Apa yang diberikan oleh dosen hanya sekedar memperjelas apa yang kira kira lumayan sulit untuk dipahami sendiri. Dan saya merasa yang diberikan dosen itu memang hanya sedikit. Namanya juga student centered bukan teacher centered lagi, jadi mahasiswanya harus mandiri doong.

Memang sih, soal soal yang keluar waktu ujian itu sebagian besar dari kuliah pakar, tapi apakah ilmu itu hanya untuk bekal ujian dan kemudian setelah ujian dilupakan? Saya rasa tidak. Apalagi sebagai mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi dokter dimasa depan, dengan adanya penyakit yang makin banyak macamnya dan prevalensinya semakin meningkat, dan juga perubahan pola penyakit menjadi penyakit noncommunicable disease maka tantangan para dokter dimasa depan juga akan semakin meningkat.

Nah, maka dari itu sistem PBL sudah amat sangat tepat, dan saya akui sistemnya bagus dan cara belajarnya mengasyikkan apalagi ketika diskusi. Akan tetapi, sistem tetaplah sistem, yang menjalankan sistem adalah manusia dan dalam hal ini adalah mahasiswa. Percuma aja sistemnya bagus tapi mahasiswanya tidak melakukannya secara optimal, termasuk saya. 

Pertama nih, mulai dari diskusi. Sebenarnya, belajar melalui diskusi itu amat sangat mengasyikkan. Bayangin aja, 12 orang didalam kelompok itu bertukar pikiran tentang masalah yang ada berdasarkan ilmu yang telah mereka pelajari sendiri. Tapi, sayang seribu sayang, saya sendiri sering tidak mempersiapkan diskusi dengan  alasan "tidak ada waktu untuk belajar", "capek", dan beribu alasan lainnya. Sehingga suasana diskusi menjadi kurang optimal, karena setiap individu kurang mempersiapkan materi dengan baik.

Kedua, pendalaman materi. Wow, ini nih yang kurang bangeeeet. Pendalaman materi itu caranya ya baca, entah itu text book ataupun jurnal. Nggak cuma sebagai mahasiswa kedokteran sih, sebagai muslim pun harus rajin baca. Ayat yang pertama turun aja tentang perintah membaca. Tapi namanya berbuat baik  pasti ada godaannya, entah kenapa text book itu efek sedatifnya kuat sekali, jadi baru baca beberapa halaman biasanya udah ketiduran dan ini masalah -________________-

Bukunya tebel bingit qaaq, bikin ngantuk. Terus aku kudu piye?


Jadi, sampai sekarang ini saya sih ngerasanya masih belum tahu apa apa. Padahal saya udah lewat 4 modul klinis lo, tapi masih suka lupa kalo review lagi. Kemungkinan cara belajar saya memang salah, mungkin juga niatnya kurang lurus.

Mungkin ada beberapa hal yang harus diperbaiki.

  1. Dimulai dari niat dulu deh, belajar itu buat apa. Mau dibilang pinter? Mau dibilang kritis? Apa buat ibadah niih? :3
  2. Time managementnya mblo, udah konsekuensi milih jurusan loo. Gausah kebanyakan ngeluh deh kalo tidur sama maennya kurang, inget aja Allah tidak tidur dan tidak lupa, segala perbuatan kita pasti dibales Allah, sekarang emang susah susah dulu, tapi semoga diakhirat nanti kita berbahagia. Saya jadi inget loo, kata ustadz saya dulu jaman saya masih mondok, "Istirahat itu nanti di surga". Jadi, selama jantung masih diberi kekuatan untuk berdetak, kewajiban kita memang terus bersusah susah, lhawong jantung aja ga pernah capek mompa darah ke seluruh tubuh kook. Jangan kalah sama jantung yaa qaaaq.
  3. Rajinnya harus ditingkatin lagi dong kaaak. Nah, ini saya punya cerita nih. Dulu saya itu demen bawa text book kekampus, jadi kalo ada temen yang nanya saya bisa jawab sambil nunjukin sumber yang valid *eaaa*. Dan temen saya itu nyeletuk "eh Han, kamu kok rajin banget siih!", dan saya pun menjawab "Iyalah, sebagai mahasiswa FK harus rajin doong itu udah konsekuensi saya."  ( Sok iye banget jawabnya, padahal kalo dikosan juga cepet bobok :3 ) Tapi, kemudian saya pikir jawaban saya kurang tepat, nggak cuman sebagai mahasiswa sih, tapi lebih kepada seorang Muslim. Allahlah yang memerintahkan saya untuk menjadi khalifah dibumi, dan untuk menjadi khalifah itu nggak gampang, butuh kerja keras, salah satunya dengan rajin mencari ilmu.
  4. Kalahin ngantuknya ya qaaq, palingan itu ngantuknya digodain setan, soalnya mereka gak mau liat qaqaq rajin, jadi jangan lupa berdoa sebelum belajar dan stay focus loh! Jangan tergoda sama kiriman clover Pokopang qaaaq!
Jadi, sekian dulu deh yang bisa saya tulis, insya Allah nanti kalo ada kekurangan bisa saya tambah dipostingan selanjutnya. Dan catatan ini saya tujukan paling utama untuk diri saya sendiri. Semoga apa yang saya tulis bermanfaat, wallahu a'lam bishshwab. 

Artikel Terkait Lainnya :



2 komentar:

  1. curcol maneh him heheh,,,, rapopo natawashou bil haqq.. INsya Allah bermanfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena aku bukan pujangga yang pandai mengarang ris, jadi kebanyakan tulisanku emang based on true story heheee :3

      Hapus