My Follower

Senin, 05 Agustus 2013

Negeri Di Ujung Tanduk

Negeri di ujung tanduk merupakan sekuel dari novel berjudul negeri para bedebah. Berbeda dari novel Tere Liye lainnya, novel ini lumayan menegangkan, membuat penasaran dan juga menghilangkan kantuk.  Tokoh utamanya masih sama, yaitu Thommas. Petarung sejati yang kaya raya, cuek, tapi sebenarnya perhatian pada keluarganya dan juga cerdik. Yang berbeda adalah profesi Thommas, yaitu konsultan politik bagi salah seorang kandidat calon presiden terkuat dari sebuah partai besar.




Novel ini membahas tentang "busuknya" konspirasi yang melibatkan pengusaha yaitu Shinpei, yang kemudian diketahui dialah yang membakar rumah Thommas sehingga membuatnya yatim piatu, jenderal bintang tiga dan petinggi petinggi lainnya. Mereka ini sedang berusaha menggagalkan pencalonan presiden dari klien Thommas karena klien Thommas ini adalah seseorang yang tidak biasa yang mempunyai misi untuk menegakkan hukum di negeri ini, sesuatu yang amat sangat dibenci oleh Shinpei dan antek-anteknya.

“ Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: penegakkan hukum. Hanya itu sesederhana itu. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya” (hal.113)
Nah, alur cerita selanjutnya silakan dibaca sendiri yaaa. Kalau buat saya, novel ini bisa membuat saya kaget, tertawa, dan juga tertegun, melihat bahwa novel ini sedikit menggambarkan realita di Indonesia sekarang. Mulai dari korupsi, penegakan hukum yang tidak beres, dan mungkin juga "fitnah" melakukan korupsi seperti yang dialami klien Thommas.

Beberapa quote di novel ini saya suka :

"Sebuah karakter dan prinsip yang cemerlang tidak akan pernah datang dari sekolah dengan gedung megah, tapi dipenuhi guru guru yang rakus dengan uang, hingga urusan jalan jalan atau seragam saja bisa jadi lahan bisnis. Karakter yang cemerlang akan selalu datang dari tempat yang cemerlang, sesederhana apapun tempatnya, datang dari proses pendidikan yang baikdari guru guru yang tulus dan berdedikasi tinggi." ( hal. 166 )

“Sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.


Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh." ( hal. 357 )

“Begitu juga hidup ini, Thomas. Kepedulian kita hari ini akam memberikan perbedaan berarti pada masa depan. Kecil saja, sepertinya sepele, tapi bisa besar dampaknya pada masa mendatang. Apalagi jika kepedulian itu besar, seperti yang dilakukan Opa-mu terhadapku, lebih besar lagi bedanya pada masa mendatang” (hal. 358)
 
Sekian resensi dari saya, untuk kelanjutannya silakan membaca novelnya, semoga banyak manfaat yang bisa didapatkan :D

Artikel Terkait Lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar