My Follower

Senin, 14 Oktober 2013

Woi, sok bijak bingit lu!

"Berdoa kok di facebook"
"Dih, isi tuitnya pencitraan doang, sok alim"
Dan berbagai kalimat sejenis yang sering saya temui di timeline twitter ataupun di wall facebook, intinya nyinyirin orang lain.

Jujur, saya sih amat sangat ngga setuju sama kalimat diatas. Salah ya jika seseorang ingin menebar kebaikan?



Sepengetahuan saya, hidayah Allah itu bisa datang dari mana aja, termasuk dari tulisan di dunia maya. Saya sering terinspirasi loh sama tuit dari daftar following saya, termasuk dari akun ustadz @salimafillah , @kupinang , dan kalau blog mungkin dari sini dan juga dari sini. Tulisan beliau beliau itu bener bener sanggup menggetarkan hati, lumayanlaah buat ngecharge iman, hehe. Nggak cuma tulisan belia beliau aja sih, kadang kadang, kalo ada temen ngetuit "#DhuhaReminder" gitu juga bisa ngingetin saya yang ternyata memang belum melaksanakan supaya bergegas melaksanakan.
Dan buat yang menulis doa di wall, kali aja dia habis dapet doa yang indah, saking indahnya dia berkeinginan supaya temen temennya tahu dan bisa merasakan keindahan doa tersebut sekaligus mengamalkannya, maka ditulislah doa itu, bisa jadi kan?

Jadi, berbagi kebaikan dari tulisan didunia maya menurutku nggak masalah kok. Dan yakinlah, setiap amal sekecil apapun itu pasti akan ada balasannya. Lagian buat apa ngurusin aib orang lain? Buat apa sih mikirin kalo ternyata tuitnya itu pencitraan doang? Masbuloh?

Coba deh, liat dari sisi positifnya aja, daripada ngetuit atau bikin status galau ga jelas kan mending bikin tuit atau status yang ngajak kepada kebaikan. Setujuuuu? Lagipula, masalah mau pencitraan, mau riya', mau emang itu beneran ngajak kebaikan itu sebenernya urusan dia sama Tuhannya, itu tentang NIAT dihati yang bisa diketahui HANYA OLEH ALLAH, kita sebagai manusia cuman bisa liat dari dhohirnya aja sih hehe. Ngapain ngerusak hati untuk hal hal seperti itu? Penting? Enggak....Enggak sama sekali.

Lagipula, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Berbahagialah orang yang selalu mengingat aib dirinya sehingga melupakan aib orang lain, menginfaqkan kelebihan hartanya, berpegang teguh pada kebenaran ucapannya, dan tetap berada didalam sunnah dan tidak tergelincir ke dalam bid'ah. ( Riwayat Ad-Dailani )
Nah, jadi salah satu kunci kebahagiaan itu MENGINGAT AIB SENDIRI SEHINGGA MELUPAKAN AIB ORANG LAIN :D
Buat apa mengotori hati dengan nyinyir menyinyir dan sindir menyindir, lebih baik ngurusin aib diri sendiri deh, saya apalagi. Kecuali, kalau memang kita melihat ada maksiat yang jelas jelas dilakukan didepan mata kita, kewajiban kita sebagai sesama muslim harus mengingatkan saudaranya yang lain, gituuuu.

Yaudah, sekarang mending ingat syair Abu nawas aja yaa, sembari mengingat betapa aib diri ini banyak sekali. Mungkin orang lain menganggap kita orang baik hanya karena ALLAH-lah yang telah menutupi aib kita didepan mereka, tapi sayang beribu sayang ALLAH dan para malaikatNya tetap tahu seberapa besar aib kita, ALlahumaghfirlana....

“Wahai Tuhanku… aku sebenarnya tak layak masuk surgamuMU, 
tapi aku juga tak sanggup menahan amuk nerakamu, 
Karena itu mohon terimalah taubatku ampunkan dosaku,
 Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun dosa-dosa besar.

Dosa-dosaku bagaikan bilangan butir pasir, 
Maka berilah ampunan oh.. Tuhanku Yang MahaAgung. 
Setiap hari umurku terus berkurang, 
Sedangkan dosaku terus menggunung. 
Bagaimana aku menanggungnya.

Wahai Tuhan, hambaMU yang pendosa ini, 
Datang bersimpuhkehadapanMU. 
Mengakui segala dosaku, 
Mengadu dan memohon kepadaMU, 
Kalau Engkau ampuni itu karena, 
Engkau sajalah yang bisa mengampuni. 
Tapi kalau engkau tolak, kepada siapa lagi kami memohon Ampun selain kepada Engkau.”


Wallahu a'lam bishshawab

Artikel Terkait Lainnya :



2 komentar: